Bunuh Diri dan Palestina, Pro dan Kontra Kematian Kim Jonghyun

December 24, 2017



Beberapa hari kemarin ada kabar duka yang datang dari salah satu idol kpop, bernama Kim Jonghyun, yang ditemukan tidak bernyawa di apartemennya dikarenakan bunuh diri. Kim Jonghyun sendiri merupakan salah satu anggota dari boyband  Shinee yang bernaung di bawah agensi SM Entertaiment.

Saya sendiri kaget, saya bukan penggemar berat kpop, tapi sebagai orang yang tumbuh dengan mendengarkan musik kpop, saya ikut bersedih, dan serasa flashback di masa remaja, yang mana saya mendengarkan lagu-lagu kpop dari DBSK, Suju, SNSD, Shinee, dsb yang populer kala itu, jadi ada memori tentang mereka yang menemani masa tumbuh remaja saya.

Namun ada sesuatu hal yang menarik untuk ditelisik, tanggapan netijen soal Bunuh Diri dan Palestina. Banyak sekali pro dan kontra antara netijen kpop dan non kpop yang memperdebatkan soal Kematian Jonghyun akibat bunuh diri dengan keadaan Palestina yang tengah genting.

Saya pernah menulis tentang “Kenyataan Terburuk Industri Hiburan Korea” di tahun 2011 dan menyinggung sedikit tentang masalah bunuh diri. Akhirnya di tahun 2017 saya menulisnya kembali. Sebelumnya saya mencoba mencari tahu, tentang apa sebenarnya bunuh diri.

Ada satu postingan blog yang menarik perhatian saya, yaitu “Bunuh Diri” yang ditulis oleh Mbak Pungky Prayitno. Tulisan tersebut menceritakan pengalaman pribadi Mbak Pungky atas keinginanannya yang dulu ingin bunuh diri.

Jujur, setelah baca soal bunuh diri punya Mbak Pungky, rasanya ikut nangis. Ternyata (kurang lebih), apa yang mereka rasakan itu berat, sampai-sampai lebih baik “mereka” tidak ada daripada harus hidup. Sayangnya masyarakat kita masih banyak yang memilih untuk menghujat.

“Nggak usah lebay deh lo!”
“Alah gitu doang, gue nih pernah ngalamin hal yang lebih berat dari lo!”
“Nggak punya agama ya? Nggak inget Tuhan kali sampai bunuh diri!”
Dan masih banyak lagi kalimat-kalimat yang seakan-akan mereka paling benar.

Saya belum pernah merasakan depresi yang teramat berat hingga muncul keinginan untuk mengakhiri diri sendiri. Tapi ayolah.. pantes ya ngomong kayak gitu? Kok nggak mencerminkan sekali sisi kemanusiannya.

Perlu dicatat dan diketahui, manusia itu berbeda, bahkan ketika kamu punya saudara kembar identik, kamu dan dia nggak sama plek! Pola pikir, mental, emosi, daya tahan seseorang menghadapi suatu masalah itu beda. Nggak bisa kita langsung nilai. Misal, saya dipojokin terus di kantor soalnya belum nikah-nikah, saya masih kuat, masih tenang karena hal semacam itu buat saya bodo amat, cuek aja. Tapi nggak tahu lagi kalau si A atau si B yang digituin terus, bisa-bisa cuman perkara belum nikah mereka depresi berat dan berakhir bunuh diri. Siapa yang tahu kan? Karena sekali lagi, manusia itu daya juangnya beda-beda dalam menghadapi masalah, ciptaan Tuhan paling kompleks.Stop beranggapan, masalah mental itu sepele.

Jadi nggak pantes kita malah semakin menghujat teman-teman kita yang sedang mengalami keadaan tersebut. Harusnya dirangkul dan diberi dukungan, bukan dijatuhkan.

Lalu apa, bagaimana dengan Palestina apa keterkaitannya?

Kalau saya pribadi melihat keadaan pro kontra yang terjadi di kalangan netijen atas kasus Jonghyun dan Palestina itu seperti “Nggak usah lebay deh! Gitu aja lo tangisin.”

Jadi gini sih, sadar atau nggak, ketika kamu memuja seseorang, mau artis kek, gebetan, dan sejenisnya, rasa respect kalian sama orang tersebut lebih terpancar. Rasa peduli, rasa senang, dan sedih muncul atas tindak-tanduk idola kalian tadi. Wajar terjadi, karena itu sifat alami manusia. Namun apabila berlebihan akan berakibat buruk.

Ketika kpopers mendengarkan berita kematian Jonghyun akibat bunuh diri, otomatis muncul kepedulian dan kesedihan berlebih karena idola yang mereka puja telah pergi untuk selama-lamanya. Mereka share rasa duka yang mendalam berhari-hari di media sosial, bahkan ada kabar yang menyatakan, kalau penggemar Jonghyun mencoba ikut bunuh diri. Nah, akar permasalahannya disini nih, netijen yang kontra merasa geram.

Keterkaitan bunuh diri dan Palestina, buat saya pribadi ini sudah beda pos. Bunuh diri adalah salah satu tindakan yang dilakukan karena depresi, penyakit hati yang dialami manusia, sedangkan Palestina, karena sejak dahulu sudah tertulis dalam sejarah bahkan dalam Al-Qur’an sudah tertulis kisahnya, bahwa  di tanah tersebut terjadi peperangan atas perebutan wilayah.

Yang saya sayangkan, kenapa harus bentrok? Kenapa muncul kata-kata kasar yang tidak mencerminkan rasa kemanusiaan? Banyak sekali ujaran kebencian yang muncul. Apakah dengan begitu masalah bunuh diri akan teratasi? Apakah Palestina akan aman setelah ujaran kebencian mencuat? BIG NO! Yang ada semakin memperkeruh suasana.

Daripada banyak menebar kebencian kenapa nggak langsung aksi?

Kita yang jauh dan belum bisa berjuang langsung dengan saudara-saudara di Palestina, bisa mendoakan mereka, bila perlu sisihkan rejeki yang kita miliki untuk disalurkan sebagai bantuan kita untuk mereka. Disaat teman atau keluarga kita mengalami depresi, mari sama-sama dibantu, diberi dukungan, supaya tahu kalau mereka tidak sendiri.

Salut. Beberapa waktu lalu, saya melihat postingan di instagram, salah satu kpopers membuka sebuah donasi “From Jonghyun To Indonesia and Palestine”. Bukti nyata kalau kedua hal yang diperdebatkan netijen bisa beriringan dan membuat suatu harmoni yang baik.

Mari sama-sama mengingatkan :
  1. Sesuatu yang berlebihan itu tidak baik, seperti memuja terlalu berlebihan, jangan sampai kamu merugikan diri sendiri apalagi orang lain.
  2. Jangan menyepelakan keadaan depresi, daya juang tiap manusia itu berbeda.
  3. Stop ujaran kebencian, ganti dengan aksi nyata yang positif. Talk less do more!

Saya percaya teman-teman semua bukanlah golongan sumbu pendek. Kalau dirasa ada kurang dan tidak sependapat dengan tulisan ini, mari coba kita bahas bersama tanpa ujaran kebencian. Kolom komentar selalu terbuka buat kalian semua. Semoga teman-teman selalu dilindungi Tuhan YME, sampai jumpa di postingan berikutnya. 

Baca Artikel Populer Lainnya

38 komentar

  1. gemes juga sama orang2 yang mikirnya aneh
    suka banyak bicara tapi gak ada aksi
    tapi model seperti itu sering merasa dirinya Tuhan
    Karena "Tuhan" ada di mana-mana

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sosial media nyatanya punya efek negatif, menjadi wadah untuk "Tuhan" baru. Merasa paling bener dan suci

      Delete
  2. Orang-orang yang merasa benar dengan sikapnya, ingin mengajak orang lain untuk merasakan kebenaran tersebut. Ini bagus. Yang tidak bagus adalah ia punya karakter sumbu pendek itu, dimana ia tak punya toleransi terhadap perbedaan sikap yang dimiliki orang lain. Bertemulah mereka di dunia anonim internet, saling maki dan saling benci tak berkesudahan.

    Overall, nice post. Mewakili apa yang saya pikirkan.

    ReplyDelete
  3. Denger2 beritanya dia bunuh diri di usia yg sama dengan Kurt Cobain, pentolan band legendaris grunge, Nirvana. Ada hubungannya kah? Hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hem.. sepertinya g deh, tapi siapa yang tahu kebenarannya, bisa jadi beliau fans beratnya Kurt

      Delete
  4. netijen,,, netijen itu variatif, ada yang komen a, b c dan seterusnya. ada yang membandingkan dimana tempat yang ga seharusnya..

    saya sendiri muak baca koment2 netijen yang ga berbobot dan "bodoh" parah,

    setiap ada threat yang ada entah itu di sosmed mana aja, saya ga pernah nimbrung sepelik apa pun mereka mau berdebat di sosmed, karena bagi saya ga ada gunanya. Buat apa adu argumen tanpa solusi, di sosmed pulak, mana mungkin bisa kelar.

    yahh, terkait orang yang mau bunuh diri karena idolnya meninggal itu sah2 aja, emosi orang berbeda2, begitu juga dengan mentalnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. sangat beragam emang netijen, bahkan sempet beberapa waktu lalu, salah seorang warganet, dia pingin buat penelitian gitu dengan responden dari netijen2 di forum. mancingnya gampang banget, bentar aja udah dapat reaksi banyak. pokok intinya, jadi yang paling beda dari komentar seluruh netijen, langsung boom! diserang bertubi2

      Delete
  5. Tingkat depresi orang emang beda-beda. Aku punya teman yang udah merasa depresi hanya karena kesalahan kecil. Kita tidak bisa menyalahkan, mencemooh, dan menyakitinya lebih dalam. :( Justru itu bisa memperburuk keadaannya, seperti kasus Pahinggar beberapa waktu lalu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju mbak, semakin ditekan, semakin mereka siap buat ngelakuin hal nekat.

      Delete
  6. Sukaaaaaaaa banget sama tulisan ini.

    Depresi itu bukan hal yang sepele. Kadang kitanya sendiri enggak sadar kita depresi sampai akhirnya terlambat.
    Bunuh diri itu cemen? Enggak juga. Kita enggak akan tahu apa yang dirasa oleh si korban. Aku pun pernah berada di titik itu, beberapa kali mencoba bunuh diri. Aku tahu betapa beratnya berjuang melawan keinginan itu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih teteh :*

      Iya teh, akupun begitu, kadang g sadar kalau lagi depresi, bawaannya pingin nangis g jelas, ternyata emang lagi depresi, tertekan dengan pekerjaan yang kadang nuntutnya itu bikin kualahan.

      Alhamdulillah teteh bisa bangkit, yuk teh kita piknik aja, biar senang :D

      Delete
  7. Syukurnya kita hidup di Indonesia, yang negaranya sangat mengimani akan Tuhan. Jadi untuk kasus bunuh diri ngga akan banyak ditemui seperti kebanyakan yang terjadi di Korea. Tapi dari kejadian ini semoga kita bisa mengambil hikmah. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah..
      memang harus bersyukur banyak-banyak, masih diberikan kesehatan secara fisik dan mental. Mahal kalau nanti sudah sakit kedua.

      Delete
  8. Jadi inilah bentuk panjang dari DM waktu itu. Aku mau standing applause, kalau deket kakak mau aku peluk trus puk2in.

    [ntah akunya mungkin soktau] Aku rasain ada kegeraman yang kakak rasakan dalam tulisan ini sebagai reaksi atas kejadian tersebut. Yang bikin aku respek dan kagum, kegeraman itu kakak ungkapkan dalam bentuk tulisan yang menggiring pembaca pada satu kondisi yang bagus, tidak emosi, dan justru menawarkan sebuah pikiran terbuka :)

    Sedih, gembira, pada tempatnya, secukupnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehehe..
      Belajar dari pengalaman nulis opini yang dulu Ra.
      Jaman masih awal ngeblog, aku juga kegiring nulis opini, dan lebih sering dari sekarang. Cuman gaya bahasanya itu seperti menebar kebencian. Lambat laun belajar dan terus belajar, kalau menulis gaya tadi itu g baik, marah boleh tapi bukan berarti menggering orang lain untuk ikut meluapkan amarahnya. Setidaknya tulisan opini kali ini lebih tenang ketimbang yang dulu2

      Delete
  9. Wah saya setuju dengan ulasan mu Mbak :-)

    Sekarang mah dengan kebebasan berpendapat dan di permudah dengan Sosial media, ujaran kebencian pun kian merajalela.

    Mudahan kedepannya banyak orang yang berpikiran positif terhadap semua hal, jadi ketika ada temannya yang lagi stres, bukan tambah mengujat tapi malah membantu mereka untuk bangkit kembali :-) jadi tidak ada lagi yang mau bunuh diri.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mas, setidaknya kita belajar untuk peka dengan lingkungan sekitar, terutama teman-teman kita yang sekiranya dirundung keresahan hati mendalam. Jangan sampai kejadian bunuh diri terjadi dilingkungan sekitar kita

      Delete
  10. Setuju daripada komen nggak baik atau mengujat kebencian lebih baik diam, diam dalam artian ikut mendoakan, lakukan aksi yang kita bisa. Yang jelas itu hal yang positif..

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul sekali, sharing untuk mengajak kebaikan harus banyak digalakkan

      Delete
    2. Setuju, Teh..
      Terkadang untuk hal kebaikan itu kita masih harus dipaksa. Tapi tanpa paksaan justru nggak bakal jalan. Memang perlu adanya kebiasaan, agar setiap hal yang dilakukan bisa jadi hal terbiasa lama kelamaan...

      Delete
  11. kalo aku ngga salah ribut pertama itu , ketika salah satu fanpage terkenal di facebook ngeupload meme tentang shiee ama palestina sih ,, meski sudah dihapus tepi tetap ajah bikin heboh karna kata2nya yg tidak mengenakan :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. kayaknya pernah liat salah satu postingan temen yang ngeSC itu deh. Jujur aja aku juga g suka, tidak mencerminkan sekali kemanusiaannya.

      Delete
  12. Temenku fans berat boyband dr artis Korea yg bunuh diri kemarin, dia bener bener sedih banget sampe wajahnya murung dan sembab, kita emang ga pernah tau perasaan sebenernya orang lain yg kita bisa lakuin dengan gampang cuma nyirnyir tanpa mikir perasaan yg kita nyirnyir yaa 😥

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wajar, sifat alami manusia ketika orang yang dia puja pergi untuk selama-lamanya. Tapi yang g wajar kalau sampai ikut bunuh diri

      Delete
  13. Bahkan ada yang komentarnya kayak nggak sekolah, ketika bilang di idola itu meninggal banyak yang nangis, sementara palestina dari dulu tidak bisa merdeka pada diam saja.

    Mereka lupa jika keduanya itu beda segmen. Semoga kita bisa lebih dewasa ketika ingin berkomentar.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yah seperti biasa, netijen adalah "Tuhan" baru, komentar mereka bagaikan sabda sang Kuasa, padahal kalau menurutku daripada kebanyakan bicara, melakukan aksi nyata jauh lebih berarti

      Delete
  14. Ini yang sempat rame beberapa hari lalu ya. Aku juga bingung apa hubungannya kasus bunuh diri artis sama Palestina -_-
    Gak apple to apple.
    Oke lah banyak yang gak nyambung, kita gak bisa nyalahin juga otak orang-orang yang gak sampe ke sana dan logikanya gak jalan. Tapi masalahnya banyak banget yang jadi nebar kebencian. Terus yang udah perang di sosmed juga gak pernah kasih sumbangsih apa-apa buat Palestina. Kepriben T.T

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bener tuh, ada baiknya berdoa, punya uang disisihkan untuk membantu saudara di Palestina, lebih bermanfaat dan nyata hasilnya daripada berdebat

      Delete
  15. Sekolah - ngefans sama artis - artisnya bunuh diri - lulus ngerasain beban hidup - stres - bunuh diri.

    Apakah bunuh diri bisa menular? Ya bisa karna terjadinya pembiasaan. Jadi sebaiknya berita bunuh diri jangan over blow up sih seharusnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semua hal sebenernya bisa menular, maka dari itu kita menularkan hal-hal baik biar teman2 disekitar kita ikut terkontaminasi kebaikan :)

      Delete
  16. Dulu aku pernah ngefans sama salah satu band alay tanah air,
    eh lama-lama aku nyadar kalo mereka teh sama-sama manusia kaya kita. jadi buat apa di agung-agungkan.
    Sekarangmah kalo mau ngefans cukup sama karyanya aja dah :v

    ReplyDelete
  17. Penyebab depresi itu tak bisa dianggap cemen. Saya juga pernah kok depresi berat dan kepikiran untuk tentamen suicide. Penyebabnya karena orang yang dekat dan mestinya dihormati sebagai ibu malah menyalahgunakan posisinya. Wah, saya tak kuat difitnah, nama baik dicemarkan ke mana-mana, fakta diputarbalikkan. Mau bagaimana lagi, saya tak kuat dan depresi karena beribukan seseorang yang dari dulu sudah rusak hati nuraninya. Beratnya, orang-orang menyudutkan saya sampai ikut melakukan pembunuhan karakter pula. Nah, jangan anggap daya juang saya lemah, ada titik di mana kita tak bisa menoleransi perlakuan buruk. Yang membuat saya tambah depresi adalah gak bisa meluruskan beliau. Ada batas tipis antara skyzofrenia dan lemah iman yang harus saya hadapi dari beliau. Saya tak bisa. Saya bukan psikolog atau psikiater. Eh, maaf, malah curhat. Tapi ini barangkali bisa jadi bahan renungan. Agar kita tak sembarang menghujat. Sekarang saya sudah tenang setelah sumber depresi tiada. Barangkali musibah itu cobaan dari Allah, dan saya yakin Allah tak akan membebani kita dengan beban paling berat melebihi kesanggupan diri. Ambil ibroh.

    ReplyDelete
  18. Dalam hal ini sejak kejadian beberapa hari lalu, saya tidak pernah untuk berkomentar sama sekali. Berusaha sekali untuk tetap jadi netral, dan lihat apa yang akan terjadi selanjutnya. Hingga masalah ini habis, saya tetap tidak pernah mengeluarkan opini saya tentang dua masalah di atas. Soalnya sensitif sekali.

    Berbicara mengenai depresi sendiri, ya kadang orang-orang terlahir dengan beragam, apalagi pola pikir, emosi, mental, yang jadi kekhawatiran sekarang adalah orang yang terlahir dengan emosi dan mental yang berbeda, semua netizen anggap sama. Hingga ada yang depresi berat.
    Idk, saya tetap berusaha netral untuk kasus itu sama itu.

    Soal palestina sendiri, ya harusnya lebih melakukan aksi nyata dulu, dalam jumlah apapun mungkin itu akan sangat berharga bagi mereka yang saat ini masih dalam masa perjuangan.
    Semoga semua bisa damai-damai saja.

    ReplyDelete
  19. Saya setuju mbak. Jujur saja, saya pun pernah berkali-kali merasa lebih baik mati daripada hidup "begini". Masalah kadang2 memang seperti masyarakat kebanyakan. Tapi pressure yg terjadi tidak sedemikian gampang dijelaskan. Beban itu benar2 terasa sampai lebih baik saya kehilangan nyawa aja.

    Padahal dgn begitu tidak lantas semuamya selesai. Hamdallah saya merasa punya banyak teman teman yg berhasil bikin saya sadar.

    Memang banyak juga orang2 yg merasa paling bener dgn bicara tanpa mengedepankan akal dam hati nurani. Sedih ya. Semoga makin banyak orang2 seperti mbak Pipit. 🙏

    ReplyDelete
  20. Bicara soal mengurangi ujaran kebencian memang caranya sedikit sulit. Orang yang suka nyinyir atau kontra kadang adalah orang yang belum membaca sampai dalam atau sampai inti masalah. Mereka cenderung mendahulukan jari mereka daripada otak. Nah terjadilah ujaran kebencian yang sebenarnya (saya setuju) tidak perlu.
    btw Salam Kenal :D

    ReplyDelete
  21. Netizen zaman now kalau berkomentar isinya ujaran kebencian semua. Kalau ada yang nasehatin dibilang sok suci. Ampun dah, miris banget.

    Tentang Junghyun, aku turut berduka. Walaupun bukan fans tapi setidaknya lagu Stand By Me milik Shinee pernah mengisi hari-hariku waktu SMP.

    ReplyDelete
  22. Sempat heboh di twitter juga masalah ini, setiap manusia mempunyai tipikal yang berbeda-beda, kita tak tahu di belakang mereka seperti apa, apakah mempunyai masalah yg cukup sulit atau sangat berat, dan bagaimana manusia itu menyelesaikannya juga bermacam-macam. Namun enggak untuk dihujat. Kita harus support mereka, dukung terus mereka supaya enggak melakukan hal itu.

    Nah, gaada yang perlu dipermasalahkan antara keduanya, toh dua duanya bisa menjadikan orang-orang bersatu untuk membantu kedua kejadian ini.

    Mungkin udah takdirnya Junghyun sudah begini :)

    ReplyDelete

If you have no critics you'll likely have no succes ~Malcolm X