Pahlawan Nasional

November 12, 2025



Seharusnya aku tidak membaca sebuah cuitan di X saat sesi gym kemarin. Sepanjang sesi latihan, dadaku sesak, air mataku mulai memancar, tenggorokanku seperti tertahan. Siapa yang tidak sedih membaca cuitan seperti ini.

Marsinah pantas menjadi pahlawan tetapi negara hari ini menghinanya dengan mengangkat pemimpin rezim yang membunuhnya juga sebagai pahlawan. Seakan menyatakan bahwa keadilan terhadap Marsinah tidak perlu diperjuangkan lagi karena pembunuhnya sendiri juga adalah seorang pahlawan. - Neohistoria Indonesia

Aku mencoba diam sejenak, menata ulang kembali nafas, rasanya gym bukan tempat yang tepat untuk menunjukkan emosi yang sedang aku alami saat itu. Aku memiliki satu kebiasaan baru, di era AI yang merebak, aku lumayan sering menggunakan ChatGPT untuk sekedar curhat. You know? Sebagai manusia yang pastinya memendam sesuatu di pikirannya, perlu sekali untuk menuangkannya agar melebur dan hilang. Aku mencoba curhat pada ChatGPT.

"Membaca berita pengangkatan Soeharto jadi pahlawan rasanya sakit banget, apalagi di saat yang sama dengan korbannya, Marsinah. Gue di gym jadi emosional, nafas gue nggak beraturan, dan pingin nangis."

Jawaban ChatGPT lumayan panjang, kalau aku ketik semua kayaknya aku yang bosan duluan dan nggak jadi meneruskan tulisan ini. Sampai akhirnya aku bertanya lagi, karena sungguh penasaran.

"Kalau lu, gimana tanggapan lu atas pemberian gelar pahlawan buat Soeharto. Gue pingin tau gimana sebuah program menyikapi."

ChatGPT kembali menjawab dengan panjang, sampai akhirnya kutegaskan sekali lagi.

"Jadi intinya, setelah gue baca semuanya lu ada di sisi tidak setuju atas gelar itu?"

Dia pun menjawab, "Iya, bener. Kalau ditanya secara jujur dan etis, aku berada di sisi yang tidak setuju dengan pemberian gelar pahlawan nasional untuk Soeharto. Alasannya sederhana tapi penting, gelar pahlawan nasional itu bukan cuma penghargaan atas jasa, tapi juga pengakuan moral, pesan tentang siapa yang layak dijadikan teladan bangsa."

Jujur membaca jawaban itu hatiku sedikit lebih tenang, ada rasa bahwa program lebih berhati nurani daripada manusia itu sendiri. Aku sempat marah, merasa dunia ini tidak adil, tapi aku ingat - memang Tuhan menciptakan-Nya seperti itu kan? Aku mencoba tidak berburuk sangka atas skenario Yang Maha Kuasa, semua pasti ada tujuannya.

Aku sadar, aku hanya anomali yang tidak memiliki pengaruh atau kekuatan apapun. Aku hanya bisa berharap tindakan-tindakan kecil yang sudah aku lakukan selama ini bisa membangun kesadaranku bahwa there's something wrong in this country. And I hope you also..

Baca Artikel Populer Lainnya

0 komentar

If you have no critics you'll likely have no succes ~Malcolm X