From Insecure To Secure

January 18, 2021


 

Beberapa hari yang lalu ada seorang teman yang bertanya, “Mbak, kamu pernah insecure nggak sih?”

Well, I dunno why, when someone asked me with this question, I’m wondering also, aku ikut mempertanyakan ke diriku sendiri, apakah aku terlihat percaya diri dan konsisten dengan hal itu? Atau saking pinternya aja diriku ini menyimpan hal-hal semacam itu? 😆😁

Of course, dear.. I have my insecurity. Kayaknya siapa sih yang nggak pernah insecure? Kok rasanya mustahil sebagai manusia tidak pernah punya perasaan semacam itu?

Entah bentuknya seperti apa, karena masing-masing individu punya versinya sendiri. Pada kasusku beragam, disesuaikan dengan life stage-ku.

Pas abege dulu, aku bener-bener insecure dengan penampilan fisikku. Rasanya percuma jadi murid yang secara nilai akademik bagus, tapi dalam tampilan fisik dipandang sebelah mata. Mana pula aku suka sama temenku, eh ditolak dengan alasan aku jelek.

To be honest, this trauma set my mindset that I’m not beautiful. Sampai sekarang, aku selalu meragukan kata CANTIK untuk diriku sendiri.

Beda lagi pas udah kerja, aku terombang-ambing dengan value yang aku pegang, aku mengelak dan berbohong sama diriku sendiri kalau akupun seperti teman-temanku, ingin menikah muda. Padahal, no.. I’m not tapi aku takut, takut sekali mengakui hal itu di depan mereka semua.

Belum pula masalah duit, sebagai fresh graduate di tahun 2015, kok teman-teman seangkatanku ini duitnya banyak bener ya? Bisa beli mobil baru, rumah, nikahnya gedongan, terus nyobain punya bisnis. 

Aku? Boro-boro! Bisa bertahan hidup selama sebulan dengan gaji sendiri adalah prestasi terbesar yang aku punya. Setidaknya nggak nyusahin orang tua.

Insecure yang aku rasain ini menimbulkan rasa tidak nyaman yang super, aku stress, dan pastinya aku nggak PD sama diriku sendiri. Kayaknya dunia tuh nggak adil banget, secara fisik dipandang sebelah mata, secara money pun tak ada.

Sampai akhirnya aku ada di titik ingin memulihkan diriku sendiri. Hal pertama yang aku lakukan adalah keluar dari lingkungan kerja yang lama dan lingkungan pertemananku. I have to find new places and new friends with a lot of good vibes.

Konsepnya mirip sama decluttering, menyingkirkan hal-hal yang nggak perlu. Selain real life environment, aku pun melakukan hal yang sama pada sosmedku. Orang-orang yang awalnya aku follow, mulai aku unfollow satu persatu, aku sesuaikan dengan values dan vibes yang aku butuhkan. So far, ini sangat membantuku untuk memelihara kesehatan mental.

Selain itu, aku mulai memberanikan diri untuk lebih open dan menerima bahwa insecure-ku ini bisa menjadi motivasi. It’s ok ketika teman-temanku memilih menikah muda, dan it’s ok juga ketika aku mengambil jalanku sendiri karena tujuan hidup kita berbeda.

Aku yang insecure dengan keadaan finansialku, jadi perlu buat belajar pengaturan keuangan. Dalam proses yang sedang aku jalani sampai saat ini, rasanya aku jadi lebih secure dan mindful.

Lalu bagaimana dengan penampilan fisik? Aku mulai menerima bahwa kecantikan itu bukan sesuatu yang absolute, kecantikan itu relative, tergantung bagaimana kita melihatnya. Aku merasa lebih baik ketika aku menjauhkan nilai sosial tentang definisi cantik. Aku merasa lebih PD dengan tampilan fisik ketika merawat wajahku dengan skincare yang tepat, menjaga pola makan, dan ikutan kelas dance.

Dan ternyata aku pun baru menyadari, untuk menyatakan sesuatu yang cantik tidak hanya dengan satu kata. Aku yang trauma dengan kata CANTIK atau beauty, lebih memilih gorgeous, adorable, hot, sexy, and smart as the optional to say beautiful.

So for my friend who’s struggling with this issue, perjalanan untuk mengakui ketidakmampuan kita baik soal fisik, sifat, kebiasaan, atau keadaan eksternal adalah sebuah proses pengenalan diri sendiri. Tinggal kitanya, mau memilih larut dalam ketidakmampuan dan terombang-ambing pada asumsi yang sebenernya kita yang ciptain sendiri atau mengakuinya dan menjadikan insecurity yang kita miliki sebagai motivasi untuk jadi the better version of ourselves.

Your decision is yours, so be wise, and best of luck.

Baca Artikel Populer Lainnya

15 komentar

  1. Nice topic as usual😍

    Salut dengan mbak Pipit yang berhasil melalui insecurity-nya, dengan proses yang panjang dan sulit untuk dijalani. Seringkali insecurity menurutku memang timbul dari sebuah persepsi atau konstruksi sosial yang berlaku di lingkungan kita, dibandingkan dari dalam diri sendiri, jadi semacam paradoks kali ya🤔(?). Maka yang paling baik adalah kita kembali ke diri sendiri dan fokus dengan jalan hidup masing-masing instead mempercayai apa yg datangnya dari luar. Jahat banget yaa mbak, kalau dipikir-pikir🤧. Sesuatu yg nggak memberi pengaruh apa-apa untuk hidup kita, bahkan hanya memberi dampak buruk ini bisa segitu dalamnya mempengaruhi pikiran kita hanya karena dianggap nggak sesuai dengan standard yang ada🙁

    Kalau aku dulu sering merasa insecure karena punya kantung mata yang lumayan gede mbak, huhu. Sampe temen-temen cowoku di SMP ngeledek aku dengan istilah yang nggak enak banget didenger. Kalau dipikir-pikir kan memang sudah keadaannya mataku begitu, bukan sengaja dibikin-bikin atau sengaja insom karena dulu tidur pun teratur dan hidupnya sehat. Sekarang alhamdulillah lebih merasa secure dan bersyukur dengan diri sendiri, kalaupun sering dicover dengan make up, nggak ada sangkut pautnya sama insecurity melainkan murni pingin nyenengin diri sendiri dengan dandan ala-ala, wk😆.

    Since masalah ini jadi sesuatu yg mungkin hampir semua orang punya, aku berharap semoga kita semua bisa selalu berada di circle yang tepat yang memberi rasa aman dan nyaman, dibandingkan bertemu dengan orang-orang yang selalu menilai segala sesuatu dari luar, Aamiin🤧

    Ngomong-ngomong, mbak Pipit apa kabaaar? Dah lama nggak kelihatan, wkwk😂 telat ya nanyanyaa di akhir😆

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thank you Awl.. :*

      Nah bener banget, walaupun nggak semua insecurity datang dari luar, tapi mayoritas dari kita merasakannya karena ada tekanan nilai sosial. Aku pun merasa jahat dulunya karena waktu dulu caraku mengatasi insecure salah, malah jatohnya menyakiti diri sendiri dan orang lain. :(

      Sure, suka pake make up bukan berarti insecure. Ini bentuk self-love, you know what should you do to make you happy. Sekalian bikin video tutorial cucok nih Awl XD

      Aamiiin..
      Wkakaka.. it's ok Awl. I feel good, akhirnya bisa update blog lagi. Ntar abis ini aku main ke blogmu yaaa..

      Delete
  2. Saya pun pernah insecure mba, huehehe, saya rasa setiap dari kita pernah minimal sekali merasakannya. Apalagi jika kita berada pada circle yang terlihat perfect dari sudut pandang kita 🙈 Memang salah satu cara untuk bisa secure adalah dengan mencari sudut pandang baru, dan lebih bisa menerima diri kita while berusaha upgrade kualitas kita pada sisi lain yang bisa kita kembangkan 😁

    Turning point saya ketika akhirnya saya bisa secure dengan diri saya adalah ketika saya betul-betul serius memberi diri saya banyak cinta 😂 Meski terdengar klise, tapi ini yang paling berhasil di hidup saya. Dengan saya cinta diri saya, otomatis saya fokus untuk be better dan menjaga diri saya, entah itu dari segi penampilan, ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya. Seperti ingin selalu memberi yang terbaik, cuma bedanya kali ini memberi yang terbaik pada diri sendiri, memeluknya, mem-puk-puknya, dan mendukungnya. Sampai akhirnya, bisa make a peace secara personal 💕

    So yeah, semoga teman-teman yang sedang insecure dan membaca tulisan bagus ini, bisa mulai menyadari bahwa diri teman-teman berharga, dan cantik luar dalam 😍

    ReplyDelete
    Replies
    1. YAASS!!
      Setuju sama Kak Eno, lebih open dengan banyak prespektif tuh such a bless! Apalagi sadar bahwa lebih baik kita fokus ke kelebihan ketimbang kekurangan yang kita miliki.

      No no no..
      G klise kok Kak, I can relate, I do agree gimana self-loved bisa mengubah cara pandang kita terhadap diri kita sendiri. Aku pun merasakannya, apalagi semenjak tahu tentang love languages dan mencari tahu mana yang dominan di dalam diriku. Supaya ngeboost semangat dan manajemen stress nya lebih oke.

      Aamiiin.. we hope for you guys!

      Delete
  3. how can u have so much confident????? I want it too 🤧

    Insekyur itu wajar and I KNOW that. Namun, entah kenapa pasti ada aja suatu ketika saat sebuah ke-insekyur-an bisa sampe bikin overthinking. Sangat nggak nyaman 🤧 Kayak iman deh pokoknya, kadang pasang kadang surut.

    Makasi mbak pipit udah mau sharing, semoga kepercayaan dirimu menular padakuuuuuuu 🤧

    ReplyDelete
    Replies
    1. Insecurity emang dibutuhkan sama kita, gunanya buat memotivasi diri. Masalahnya, ini bakal kehambat kalau tipikal mindset kita adalah fix mindset. It's ok kalau ngerasa pasang surut, namanya juga manusia, pasti akan ada masanya down tapi harus seimbang dengan up nya juga dong.

      Saranku, kalau kamu merasa tidak bisa sendiri, cari bantuan. Bisa dari orang terdekat yang kamu percaya atau going to the professional kalau dirasa ini mengganggu kehidupanmu untuk berbagi dan mendapatkan support. Best of luck gurl :)

      Delete
  4. Aku malah ampe detik ini masih insecure dengan fotografiku, pit...
    Disatu sisi aku pede dengan hasil foto-fotoku, tapi disisi lain ketika ada yg minta difotoin dan ada duitnya, disitu selalu tiba-tiba timbul insecurity karena takut mengecewakan client. haha.. aneh banget ya gue, kapan bisa sukses bisnis fotografinya kalo kayak gitu terus.

    Pipit punya tips biarr ga insecure?
    aku insecure tp aku ga pesimis.

    ReplyDelete
    Replies
    1. IMO, insecure itu beda dengan pesimis. Insecure adalah sesuatu yang membuat kita g PD sama keadaan diri sendiri. Kalau pesimis lebih ke merasa tidak ada harapan pada segala kondisi.

      Kalau dari sekelebat ceritamu, I think you need a partner, seseorang yang bisa diajak kerjasama untuk berbagi pikiran, dan support each other di bisnis fotografi. Mungkin dia g harus jago urusan fotografi, but he/she knows how to handle the business dan memberikan pandangan objektif terhadap hasil karyamu. Supaya kamu semakin yakin bahwa fotomu itu emang layak untuk dimonetasi, selain itu kamu bisa fokus untuk menghasilkan karya yang bagus, karena bagian handling client udah ada yang ngurus.

      Delete
  5. Cukup mirip. Saya zaman SD-SMP juga merasa begitu. Paling kurus dan bogel di kelas. Kecerdasan tak akan menolong. Apalagi status sosial juga sangat berpengaruh di sekolah favorit. Pintar kalau kere tetap kalah sama yang rutin les privat. Ditambah mereka makannya juga kaya akan gizi. Tercukupi gitulah. Saya mau ngeluh juga enggak mungkin. Masih syukur sempat dapat beasiswa. Haha.

    Setelah masuk ke dunia kerja juga terintimadasi sama orang-orang yang bisa liburan ke luar negeri padahal kerja baru masuk hitungan dua tahun. Itu gajinya yang gede atau gimana. Tapi setelah masuk ke tahun kelima, saya kalem. Pencapaian orang lain enggak perlu dicapai juga oleh saya. Jelas saya punya target sendiri kan. Misalnya, mampu menyelesaikan puluhan buku dalam setahun. Bagi saya, itu perlu diapresiasi juga oleh diri sendiri.

    Pokoknya saya yang sekarang sudah lebih banyak menerima. Jarang banget terganggu sama kehidupan mentereng orang lain.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terintimidasi*. Yah elah, bw menjelang tidur begini amat segala tipo. XD

      Delete
    2. Super glad to know that! Shout out buat Yoga!! You nailed it!!
      Makasih udah berbagi ceritamu di sini..

      Delete
  6. Samaaa!!! Waktu abg dulu aku juga insecure sama fisik hahahah, dulu kan yang jadi patokan cantik di lingkungan itu yang rambutnya lurus sama kulitnya putih. Nah rambutku keriting dan kulitku nggak putih hahaha. Kesiksa sih dulu sampai SMA apa ya ngerasa kayak gitu. Terus semakin bertambah usia dan pengalaman kayak udah bomat aja gitu sama rambut dan kulit. Eh zaman sekarang alhamdulillah keberagaman lebih diterima dan issue love yourself makin kenceng.
    Sama ini sih yang bikin aku insecure tuh msalah jerawat, bahkan sampai late 20s begini masih jerawatan juga. Mana gede kalau nongolnya di idung, idung aku gede kan jadi kayak makin menonjol aja kalau jerawatan hahaha. Ini aku pernah sampai nangis (diem-diem) gara-gara temen kerja aku suka banget komentar tiap kali aku jerawatan. Kayak...haduh sissy iya gue tau gue lagi jerawatan gede, gausah lo komen juga gue tau. Entahlah dalam pikirannya itu apa sampai bener-bener kayak nggak ngerasa gitu kalau aku nggak suka dikomen masalah jerawat. Sebel banget asli sampai sekarang tuh kan jadi dendam lagi😂😂😂
    Sebenernya orang-orang yang suka ngatain atau komen fisik ini, menurut aku juga kekurangan dia banyak, cuma aku gamau aja nyeplos karena aku tau dikomen fisik tuh nggak enak, bikin insecure. Eh tapi orang-orang ini kayaknya enteng aja gitu nyeplos dengan alasan "aku ini anaknya ceplas ceplos memang" lolsss orang dewasa bukannya dikasih kemampuan untuk nahan diri ya😅 gedek banget.

    ReplyDelete
  7. Halo Mba Pipit, perdana mampir kesini nih. Sepertinya kita seumuran atau seangkatan, karena aku lulus kuliah juga tahun 2015 hhhe..

    Sebetulnya mengenai insecure emang kadang susah diatasi. Apalagi suka adanya anggapan "rumah tetangga selalu lebih hijau", jadi terkesan ada keinginan untuk seperti orang lain.

    Salut sama pemikiran dan keputusan yang diambil oleh Mba. Karena ga mudah untuk meninggalkan hal-hal atau orang-orang yang dikenal selama ini. Tapi, aku setuju, jika memang tidak sesuai dengan kita, lebih baik meninggalkannya karena untuk kesehatan mental sendiri. Daripada di paksakan malah akhirnya menganggu mental sendiri.

    Yes, mengenai kata Cantik itu sungguh sangat bisa menjatuhkan mental. Terkadang stereotipe yang uda berkembang di masyarakat dan susah diubah, malah menimbulkan perspektif bahwa semua cewe harus cantik. Cantik seperti layaknya iklan-iklan produk beauty. Pemelihan kata yang Mba ambil untuk mendefinisikan cantik, malah memberikan perspektif baru loh. Bahwa cewe itu bisa adorable, smart, dll.

    Makasih atas ulasannya Mba. Semangat untuk mencintai diri sendiri yaa Mba 😁

    ReplyDelete
  8. Pitt, love this!! ❤️

    Sebagai yang pernah insecure di masanya, aku mengalami beberapa hal serupa seperti kamu. Masa insecure terparah itu aku alami saat kuliah, di mana aku bertemu teman dari berbagai kalangan. Ada yang pintar, cantik, kaya, sampai ada yang kayaknya di kelas tuh effortless tapi bisa mendapatkan nilai baik, belum lagi jago berteman dengan cowok maupun cewek. Awal-awal tuh aku nggak bisa banget jadi diri sendiri. Aku selalu ngikutin apa yang orang lain lakukan. They did A, I did A. They did B, I did follow too. Pokoknya nggak ada jati diri sendiri gitu deh. Sampai akhirnya aku ketemu suami (waktu itu pacar) and my life's perspective has changed (eyaaa 😝). Prosesnya nggak cepat sih pastinya, karena sampai menikah dan punya anak pun rasa insecure tetap ada, tapi yaa udah tau bagaimana cara mengatasinya. Yang Mba Eno bilang itu benar banget, we must love ourselves first dan itu yg kulakukan juga (:

    Thank you for sharing this, Pit! Semoga kita bisa terus berkembang jadj lebih baik lagi ya ❤️

    ReplyDelete
  9. Insecure Ama fisik, sepertinya itu dialami oleh semua perempuan yaaaa . Akupun pernah. Kulitku gelap soalnya, rambut ikal berantakan. sementara lingkungan tempat aku tinggal, dipenuhi Ama cewe2 putih, rambut lurus. Yg nyakitin dan bikin down bangettttt, pernah aku ga sengaja angkat telp paralel di rumahku, dan ternyata 'sahabat' tersayang sedang ngobrol Ama temen yg lain perihal aku. Intinya, Abang si sahabat ini naksir aku, tapi dia ga setuju. Di telp itu jelas2 dia bilang, "aku ga ngerti kenapa si A bisa suka fanny. Cantiknya dimana sih".

    Itu bener2 bikin rasa percaya diriku jatuh sejatuh2 nya mba.

    Aku mulai PD lagi dengan diri sendiri kayaknya pas kuliah di Penang, Krn kebetulan temen2 sekelas dr berbagai negara, dan bermacam wrna kulit. Di situ aku melihat mereka bisa sangat PD dengan kulit dan rambutnya. Bersyukur sih bisa kenal dengan lingkungan itu. Dan skr caraku utk meningkatkan PD hampir sama dngn mba Pipit, delete semua org yg memang toxic. Perbanyak follow orang2 yg kreatif, pinter, dan isi timeline nya bisa jd pembelajaran. Satu lagi, aku follow banyak akun yg bergerak di bidang kemanusiaan. Di mana mereka banyak membantu orang2 kurang beruntung. Dan dengan melihat kondisi orang2 itu, setidaknya itu membuatku jd bersyukur bener2 kalo Tuhan masih murah hati menciptakan tubuh lengkap, walo mungkin ga sesuai keinginan :D

    ReplyDelete

If you have no critics you'll likely have no succes ~Malcolm X