I Don't Want To Blame Them Again

December 03, 2020



 Karena Belum Menikah, Perempuan Ini Terlihat Kasihan

A Letter To Myself

Basa Basi (Busuk) Lebaran

Tema hari ini merupakan salah satu tema yang suka bikin aku marah. Ketiga postinganku itu merupakan wujud kemarahanku pada society. Huft.. makanya pas nulis buat tema hari ini berasa challenging. Bisa nggak nih nggak pakai marah-marah?

Aku nggak tahu apakah aku anti sosial dan sebagainya, tapi caraku recharging sebagai introvert berimbas pada kehidupan sosialku. Aku sangat menikmati kesendirian, tapi saking menikmatinya dan akhirnya berlebihan, ada satu sisi dari diriku yang jelek banget dalam urusan bersosialisasi.

Makanya aku tuh berasa nggak cocok bersinggungan dengan masyarakat yang value nya beda sama aku. Lebih enak kerja sebagai individu gitu lah. Oleh sebab itu, terjadilah tulisan-tulisan sambat tadi.

Sampai ada di satu hari, aku lupa persisnya apa, inner ku nanya sama aku, “Do you think society will change and making you feel better? C’mon, you said that you can’t control others, what you can do is control yourself.”

Dan dari pertanyaan ini aku mencoba memahami lagi, “Lah iya, selalu dan selalu menyalahkan society? Mereka mau digimanain juga ya tetep gitu”. Kepikiranlah buat mencari tahu, apa nih yang bisa aku perbuat dalam rangka control myself from the society.

Nggak tahu kenapa kok nemu aja bantuan. Barusan, aku nonton Ideafest Rewind yang speaker nya itu Sabda PS, Chief Education nya Zenius. Dia ngebawain topik yang menurutku relate dengan permasalahanku.

Apa yang aku dapat dari pembahasan dia itu adalah gimana caranya bersimpati dan berempati pada orang atau kelompok yang berbeda cara pikirnya dari kita. Walaupun dia nggak nyebut kayak gitu sih, cuman aku nangkapnya gitu.

Bang Sabda bilangnya, daripada langsung nyeletuk “Ini orang atau society kok nggak bisa mikir ya sama kondisi sekarang?” mending diubah, “Kenapa mereka begitu? Apa sih penyebabnya?”

Dan keinget sama salah satu buku impian yang pingin beli cuman masih ragu, ragu dalam artian, bisa nggak nih ngabisin buku ini?

Jadi bukunya itu berjudul The Righteous Mind: Why Good People are Divided by Politics and Religion, buku ini berisi tentang diskripsi moral yang ada di diri manusia, kenapa value si A bisa beda dengan si B. Kenapa masih ragu untuk beli dan baca? Aku sedang berusaha menghabiskan The Subtle Art Of Not Giving A Fuck. Berusaha mindful dulu, yok abisin dulu buku yang sekarang, baru ntar ke buku selanjutnya.

Terus ngeliat tumpukan buku 2020 yang belum kebaca dari kapan hari. 😅

I think that’s all, agak awkward mau penutupan, soalnya pas nulis juga bingung, aku nulis apaan sih ini? Intinya, I’m trying to control myself dengan belajar.  Salah satu obstacle ku adalah mindset soal society yang banyak maunya. Di sini, aku mencoba untuk belajar dengan mempertanyakan kenapa mereka begitu dengan tujuan akhirnya berupa menumbuhkan simpatiku, ketimbang menyalahkan mereka.

Baca Artikel Populer Lainnya

9 komentar

  1. You will learning by growing, mba Pipit hehehe, nanti berjalan dengan waktu, pertanyaan-pertanyaan seperti itu akan terjawab dengan sendirinya, dan mba Pipit akan lebih bisa menikmati hidup dengan jawaban yang mba dapat 😁

    Mungkin, sekarang mba Pipit masih dalam fase belajar, mengenal, cari tau dan sebagainya, saya pun pernah ada pada fase itu mba, memiliki sejuta pertanyaan, dan sejuta rasa nggak terima / bingung, gerah, kesal, tapi pada akhirnya, saya berproses dan masuk ke fase laidback seperti sekarang. Untuk lebih fokus pada perubahan personal ke arah yang lebih baik ke depannya.

    Dari jurnal yang pernah saya baca, kalau kita mau ubah society, yang diubah tentu dari circle terkecil dulu yaitu diri kita 🙈 Eniho, semangat belajarnya mba, selalu menyenangkan baca insight mba Pipit yang kritis dan lugas 😁💕

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih Kak Eno, dari postingan yang kemarin, jujur mau bales komentar kalian itu bingung. I mean, mau nambahin tuh, apanya? Karena POV dari kalian yang ada di kolom komentar tuh nyenengin diriku. Ikut belajar juga, oh Kak Eno begini, Mas Anton begitu. Ada wejangan dari kakak-kakak ini dan nilainya mahal loh <3

      Delete
  2. Aku sendiri masih susah kok mba control myself. Masih sering emosian, dan akhirnya memilih menjauhi komunitas, ato orang2 yg aku anggab ga sesuai Ama aku. Daripada aku stress sendiri kan. Buatku mereka toxic. Mungkin bagi mereka , aku juga toxic. Ya sudah, saling menjauh aja :D. Ntah itu bener ato ga, tapi untuk skr, cara itu LBH ampuh buatku jadi kalem. Jd bisa berpikir LBH positif. Ga marah2 Mulu pas melihat/membaca/mendengar yg ga sesuai.

    Mungkin ada fase di mana aku ntr bakal LBH santai ngadepin beginian, kayak kata mba Eno. Tapi kurasa blm skr :D. Aku hrs belajar dr suamiku sih. Dia orang paling santai dalam menerima hal2 yg bertentangan ato ga sesuai Ama prinsip dia. Kalo aku memilih blocking orang2 begitu, dia malah dihadapi dengan santai dan diajak ngobrol kayak temen aja. Malah kadang dibecandain santai. Aku kdg sampe heran, ngapain sih yg begituan diladenin. Buang2 waktu.

    Tapi suami malah ketawa. Dia bilang malah enak tuker pikiran Ama orang begitu. Hufft.... Tuker pikiran bagi dia, berantem hebat bagiku wkwkwkwkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wisss... kayaknya kudu ketemu nih.. hahaha.. pengen tau gaya "berantem" pak su Fanny

      Delete
    2. It's ok Mbak Fanny, asal yang Mbak lakukan sejalan sama value dan menjaga kewarasan, do it.

      Delete
  3. Santuy snntuy.. ntar kalau udah tua juga tahu caranya kok.. wakakakaka.. maksudnya dengan semakin bertambahnya umur, Pipit akan menemukan cara kompromi dengan semua itu.

    Dulu juga saya banyak baca teori, tetapi semakin lama, saya menyadari bahwa untuk mengerti "society", saya harus mengalaminya sendiri dan belajar dari sana. Berapapun banyak buku teori yang saya baca, hal itu tidak cukup menggambarkan semua variabel dari yang namanya society.

    Karena itulah bertambahnya usia biasanya akan mendewasakan sudut pandang kita. Ujungnya kita bisa "memahami" (bukan menerima)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mas Anton!!
      Wkakaka, kalau pas ketemu aku langsung aku g grusa grusu kayak tulisanku kok. Ini mukanya santuy kek di pantuy XD
      Thank you so much for your advice Mas Anton.. sungkem dari perempuan yang umurnya hampir setengah umurmu, hohoho

      Delete
  4. Sejauh baca-baca tulisan challenge di blog ini, aku rasanya kayak ngaca dan ngerasa kayak "iya aku juga mikir gini" tapi nggak aku tulis di blog karena belum siap seterbuka dan sejujur ini. Keren lah Pipit, thanks for sharing your thoughts!

    ReplyDelete
  5. introvert kan memang seperti itu
    ambil sisi baik dan positif thinking aja
    yang penting kita ga rugiin orang haha

    ReplyDelete

If you have no critics you'll likely have no succes ~Malcolm X