How Do You Call Your Genital?

November 26, 2020

 


Today is the day 16 of 30 days writing challenge, and you know.. I feel like I’m trapped. Pembuatan template dari 30 days writing challenge sepenuhnya ada di Tyo, semakin kesini aku ngerasa kalau, this man is such a genius human being. Soalnya semua hal yang dia jadiin tema, sedikit demi sedikit, membuka isi yang ada di kepalaku, dan tertumpah dalam tulisan-tulisan yang setiap hari aku post. Aku seperti ditelanjangi 😂

Dan.. untuk tema hari ini adalah sexuality, one of the sensitive topics in Indonesia. Di negara kita, perbincangan yang berkaitan dengan seksualitas itu tidak bermoral, tabu, dan yaa.. lanjutin aja sendiri. Tahun 2013 aku pernah menulis postingan bertema sexuality, namun conclusion nya sudah tidak relevan dengan value ku saat ini.

Ya, manusia itu kan.. makhluk yang dinamis, seiring waktu akan berubah karena kita belajar banyak hal. Dan akupun begitu, yang awalnya memandang topik seksualitas sebagai hal tabu, sekarang mencoba mempelajarinya karena itu penting, biar nggak digoblok-goblokin sama mitos dan katanya, katanya orang-orang yang secara medis suka nggak masook akal!

Hal kecil yang aku sadari setahun terakhir, kita terbiasa untuk tidak menyebutkan alat kelamin dengan namanya, dengan alasan jorok, najis, tidak sopan, tidak bermoral, apa lagi ya? Ya pokoknya yang jelek-jelek deh. Sadar atau nggak hal kecil seperti itu berpengaruh ke mindset kita. Mendengar orang menyebut vagina dan penis, langsung asumsinya negatif.

Eh Pit, kamu ati-ati juga lo, kok vulgar gini?

Apakah kalimatnya seperti itu? Hahaha..😂 Aku belajar menormalisasikan bahwa memang seharusnya alat kelamin disebut sebagai mana bagian tubuh manusia lainnya, seperti tangan, hidung, mata, kaki. Bukannya diganti dengan anu, burung, donat, pisang, atau terong.

Aku suka bingung, bukannya alat kelamin melekat di tubuh kita ya? Terus kenapa perlu nama lain gitu buat disebutin?  Sekalian aja seluruh anggota tubuh diganti namanya. Kek berasanya tuh vagina sama penis bagaikan Voldemort, yang suka disebut you know who saking namanya keramat seantero dunia sihir Harpot.

Yang membuatku bertanya kembali, kasihan sekali alat kelamin ini, kayak nggak ada jasanya gitu, negatif mulu bawaannya. Padahal tanpa adanya penis, ya mana para laki-laki bisa buang air kecil? Simple, tapi kalau nggak ada kan susah, mau diganti pakai selang gitu? Lalu vagina, kalau ini nggak ada, darah menstruasi mau keluar dari mana coba? Hidung?

Kalau semua anggota tubuh bagaikan manusia nih, pasti mata, tangan, hidung, sama telinga jadi satu geng, geng yang isinya good people, pas ketemu vagina sama penis, langsung di judge kalau mereka ini bad people.

Gara-gara konteks negatif yang melekat, salah satu akibat lainnya,  banyak orang-orang yang memiliki masalah kesehatan dengan alat kelaminnya enggan berobat ke dokter. Takut penghakiman keji orang-orang. Memang lidah tidak bertulang ya, tapi bisa gitu ngiris hati dan membuat luka.

Aku rasa perbincangan hari ini sampai di sini dulu, ntar kalau lagi mood, bahas lagi nih topik beginian. Hahaha.. Sampai jumpa di hari ke-17 besok!

Gambar diambil dari: Photo by cottonbro from Pexels

Baca Artikel Populer Lainnya

9 komentar

  1. Sukaaaa 🤣🤣🤣🤣

    Aku suka sama ide dan gaya blak blakan bin bengal nan keras kepala yang melawan keumuman..🤣🤣🤣

    Kayak lihat wiihh ternyata ada juga yang sebengal gue..

    Agree pit.. saya pikir karena budaya Timur membatasi bahwa masalah seksualitas sebagai sesuatu yang tabu. Padahal sesuatu akan tergantung konteksnya dan tidak semua bisa digebyah uyah sebagai tabu..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Apakah kita segeng Mas Anton?
      Geng bengal metal hore! Hahaha XD

      Yes, budaya, sistem, dan dogma mempengaruhi kita melihat seksualitas dalam konteks tabu. Padahal ya g gitu. Dikira semua orang normal, spektrum hitam dan putih, g ada masalah sama seksualitasnya. Ya kali 270an juta penduduk Indonesia hanya terbagi jadi 2 spektrum. Terlalu suempit pake banget!

      Delete
    2. Yup... kayaknya kita segeng Pit.. wakakakakakaka geng bengal metal horeee... wakakakaka

      Yup, sebuah mindset usang yang sebenarnya sudah perlu dirubah karena tidak lagi sesuai dengan perkembangan zaman

      Delete
  2. Pipiiit ini menyuarakan kegelisahanku jugaaa ahaha thank you so much udah nulis ini!

    Bahkan yaa beberapa orang masih suka protes atau minimal mendelik kalau kita bahas soal menstruasi di deket laki-laki. Juga gimana orang-orang memuji berlebihan atau malah meledek kalau ada laki-laki beliin pembalut/kiranti buat teman/sodara/mamanya. I mean apa salahnya sih? Menstruasi kan emang kodratnya perempuan, itu hal yang sangat normal kan yaa bukan suatu hal yang memalukan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wkakakaka..!!
      Glorifikasi ya, padahal beli pembalut mah beli aja, ini juga sama dengan perempuan yang membeli kondom. Jadi ada standar ganda, padahal mah akuin aja, edukasi kesehatan seksual itu minim, karena minim hal berbau seksual masih tabu untuk mayoritas masyarakat kita. Eh sekalinya ada yang tidak sesuai dengan norma (yang sebenernya biasa aja), diagung-agungkan. Yaelah!

      Kasian si partner, aku pakainya menstrual cup, jadi dia g bisa unjuk gigi, menikmati glorifikasi laki-laki idaman, wkakakaka

      Delete
  3. yang dijelasin mba pipit memang ada benarnya, tapi mungkin beberapa orang punya alasannya sendiri kenapa kemaluan tidak sedap didengar secara vulgar. terlepas dari alasan medis mungkin karena alasan kepercayaan agama memengaruhi itu juga

    ReplyDelete
  4. Aseeeek banget nih tulisannya, Pittt 😆 tepuk tangan dulu ahhh!

    Seiring bertambahnya usia anak, aku juga mulai mengajarkan nama kelamin dengan nama aslinya, jadi nggak pakai sebutan-sebutan lain kayak waktu dia bayi dulu. Kalau dipikir-pikir iya juga, kenapa harus pakai sandi rahasia untuk nyebut nama kelamin kita ya? Susah juga sihh kalau stigma yang udah melekat lama di budaya kita, jadinya yaa kebiasaan deh.

    Btw, aku ngakak kamu nyamain sebutan kelamin ini dengan Voldemort... bahahahaha!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jane, makasih!!

      Great job Jane!
      Aku pernah baca dan nonton beberapa video yang berkaitan dengan sexual education khususnya untuk anak-anak. Karena budaya kita yang tabu soal ini, akhirnya banyak orang tua luput kalau anak-anak mereka ini nggak lepas dari "predator". Makanya dari kecil harus diajarin untuk mengenal tubuh, khususnya bagian genitalnya, biar dia tahu kalau bagian ini sangat sensitif dan butuh consent untuk menyentuhnya.

      Wkakaka, ya kan gitu, sedunia Harpot, pada bilang you know who

      Delete
  5. Kenapa gambar ilustrasinya donat yaa mbak haha
    Kemudian, aku awalnya kurang ngeh, genital itu apaan. Setelah baca isinya, ternyata "anu" toh.. hahaa

    ReplyDelete

If you have no critics you'll likely have no succes ~Malcolm X